Blog ini menulis tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, Kisah Khalifah dan Kisah Islami

Kamis, 31 Agustus 2017

KISAH ISLAMI



Kisah Islami Yang Diteladani



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

KISAH KHALIFAH



KISAH KHALIFAH SETELAH WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW


Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar As-Shiddiq RA, sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah Khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau Nabi SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi muhammad selain sebagai nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.
Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.

1. Khilafah Rasyidah
Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:
  • Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
  • ‘Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
  • ‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
  • ‘Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan
  • Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)
Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi muhammad untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.
2. Khilafah Bani Umayyah
Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
  • Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
  • Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
  • Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)
  • Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
  • Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)
  • Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
  • Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
  • ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
  • Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)
  • Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
  • Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
  • Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
  • Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
  • Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)
Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.


1. ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Abu Bakar termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam atau yang dikenal dengan as-sabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Wikipedia
Lahir27 Oktober 573 M, Mekkah, Arab Saudi
Meninggal23 Agustus 634 M, Madinah, Arab Saudi
Nama lengkapAbū Bakr
Nama lainAsh-Shiddiq, Al-`Atiq
Dikenal karenaSahabat Nabi



Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.

Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang kemudian diubah oleh Nabi Muhammad menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya ‘yang berkata benar’) setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”.


Abu Bakar ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim, sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.





KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RADHIYALLAHU ANHU SEORANG ORATOR ULUNG
Ketokohan profil ini tidak diragukan lagi. Ia sangat meyakinkan. Reputasinya tak perlu dipertanyakan lagi. Banyak ayat Al-Qur`an yang membicarakan keutamaan beliau, baik secara pribadi maupun dalam konteks umum.
Allah Subahanhu wa Ta’ala berfirman :
وَالسَّاؚِقُونَ الْØ£َوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْØ£َنْصَارِ وَالَّØ°ِينَ اتَّØšَعُوهُمْ ØšِØ¥ِØ­ْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka … [at-Taubah/9:100].
Begitu pula dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak yang menunjukkan tingginya kebaikan sahabat satu ini. Kemuliaanya banyak tercatat memenuhi kitab-kitab perbendaharaan hadits. Bagi yang mau merenunginya, sungguh kepahlawanan beliau akan mampu menyadarkan kaum Muslimin kemudian mengantarkannya untuk lebih mencintainya, sebagai insan yang mempunyai jasa besar terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Salah satu keunggulan beliau yang tidak dirasakan oleh sahabat lainnya, yaitu seluruh kerabat Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu semuanya beriman dan masuk dalam barisan kaum Mukminin. Sebagai contoh ayah beliau, yaitu ‘Utsmân Abu Quhâfah Radhiyallahu anhu masuk Islam. Sang ibu, Salma binti Shakhr bin ‘Âmir Radhiyallahu anhuma yang dikenal dengan Ummu Khair pun menerima seruan Islam. Kebaikan yang sangat luar biasa ini pun menyebar pada putra-putri Abu Bakar dan cucu-cucunya. Begitu pula dengan Muhammad bin ‘Abdur-Rahman bin Abu Bakr bin Abi Quhâfah, ia hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman. Empat generasi dari keluarga Abu Bakr ash-Shiddiiq ini menyaksikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan telah memeluk Islam, hingga masing-masing menggenggam keutamaan menjadi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Keadaan semacam ini tidak dijumpai pada zaman itu, kecuali hanya pada rumah Abu Bakar. Mereka ini adalah keluarga iman, sebagaimana juga ada rumah yang dipenuhi oleh nifak (kemunafikan).
Popularitas Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu yang lain, beliau terhitung kalangan khuthaba (singa podium). Beliau memiliki kefasihan dan ketinggian sastra, dengan kata-kata padat dan ringkas, yang memuat apa yang disampaikan, tanpa dipaksakan. Memang tidak sedikit dari kalangan sahabat yang terkenal dengan kecakapan olah kata. Seperti ‘Ali, ‘Umar, Tsâbit bin Syammâsy, Hassân bin Tsâbit, Ka’b bin Mâlik, dan lain-lain. Namun perbedaannya, Abu Bakar ash-Shiddiiq menyampaikan khutbah untuk mewakili Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau hadir maupun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhalangan. Sementara itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya terdiam dan menganggukkan saja apa yang disampaikan sahabat tercintanya itu. Apa yang disampaikan Abu Bakar Radhiyallahu anhu bak kata pembuka bagi apa yang akan dituturkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada setiap musim haji, Abu Bakar Radhiyallahu anhu berpidato mengajak orang-orang untuk mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Pada waktu kedatangan Rasulullah dan Abu Bakr ash-Shiddiiq di Madinah saat hijrah dari Mekkah, Abu Bakar lah yang memulai perbincangan dengan penduduk Madinah. Sampai sebagian orang yang belum mengenal mereka menyangka bahwa dialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Dalam berbagai kesempatan, Abu Bakr ash-Shiddiiq menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyambut tamu-tamu dari berbagai kabilah. Saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak di tempat, maka Abu Bakr ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu orang yang menghadapinya. Pasca wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dialah yang langsung berbicara dengan massa.[1]
Berikut ini, dua di antara pidato Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu yang banyak beliau sampaikan. Orasinya menunjukkan gambaran sikap, kelurusan dan keteguhan pendirian beliau Radhiyallahu anhu.
Kabar berita wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar menggemparkan. Seorang ‘Umar Radhiyallahu anhu pun sempat goyah demi mendengar kepergian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selama-lamanya. Kisahnya sebagaimana Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan:
Dari ‘Aisyah, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwasanya ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar sedang berada di daerah Sunh (‘Aliyah). ‘Umar berdiri seraya berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggal. Allah Subahanhu wa Ta’ala akan membangkitkannya, dan kemudian akan memotong-motong tangan dan kaki orang-orang.”
Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu datang. Maka beliau mengucapkan hamdalah dan pujian bagi Allah Subahanhu wa Ta’ala , kemudian berseru:
Ø£َمَّا Øšَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْØšُدُ مُØ­َمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَØ¥ِنَّ مُØ­َمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْØšُدُ الهَْ فَØ¥ِنَّ الهَْ Ø­َيٌّ لاَ يَمُوتُ قَالَ الهُ’ تَعَالَى وَمَا مُØ­َمَّدٌ Ø¥ِلاَّ رَسُولٌ قَدْ Ø®َلَتْ مِنْ قَØšْلِهِ الرُّسُلُ Ø¥ِلَى ال؎َّاكِرِينَ
“Amma ba’du. Barang siapa menyembah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sungguh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal. Dan barang siapa yang menyembah Allah, sungguh Allah Mahahidup, tidak mati,” kemudian beliau membacakan ayat 144 surat Ali ‘Imraan …
Untaian kata-kata Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu ini mampu menenangkan keadaan, sehingga kaum Muslim pun memahami musibah besar yang sedang menimpa mereka.
Contoh pidato Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu selanjutnya, yaitu pasca pengukuhan dirinya sebagai Khalifatur-Rasul (pengganti Rasulullah). Beliau menyampaikan pidato pertamanya sebagai berikut:

َمَّاَؚعْدُ Ø£َيُّهَا النَّاسُ فَاِنِّيْ قَدْ وُلَّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ ØšِØ®َيْرِكُمْ فَØ¥ِنْ Ø£َØ­ْسَنْتُ فَØ£َعِيْنُوْنِيْ وَØ¥ِنْ Ø£َسَØ£ْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ. الصِّدْقُ Ø£َمَانَØ©ٌ وَالْكَØ°ِØšُ Ø®ِيَانَØ©ٌ وَالضَّعِيْفُ مِنْكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِيْ Ø­َتَّى Ø£ُزِيْØ­َ عِلَّتَهُ Ø¥ِنْ ØŽَاءَ اللهُ وَالْقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعَيْفٌ Ø­َتَّى آخُØ°َ الْØ­َقَّ Ø¥ِنْ ØŽَاءَ اللهَ .


لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَØšِيْلِ اللهِ Ø¥ِلاَّ ضَرَØšَهُمُ اللهُ Øšِالذُّلِّ وَلاَ يُØŽِيْعُ قَوْمٌ قَØ·َّ الْفَاحِØŽَØ© َØ¥ِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ ØšِالْØšَلاَØ¡ِ .


Ø£َØ·ِيْعُوْنِيْ مَا Ø£َØ·َعْتُ اللهُ وَرَسُوْلَهُ فَØ¥ِØ°َا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَلاَ Ø·َاعََ لِيْ عَليَْكُمْ قُوْمُوْا Ø¥ِلَى صَلاَتِكُمْ يَرْØ­َمُكُمُ اللهُ

Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian. Akan tetapi, aku bukanlah manusia terbaik[2]. Bila aku membuat kebijakan yang baik, maka sudilah kalian membantuku. Jika aku bersikap buruk, maka luruskanlah diriku.
Kejujuran itu amanah. Dusta adalah pengkhianatan. Orang tertindas di tengah kalian, ia adalah orang kuat di mataku, akan aku singkirkan keluhannya, insya Allah. Dan orang kuat (yang berbuat sewenang-wenang) di tengah kalian, ia merupakan pihak lemah, akan aku ambil hak orang lain darinya, insya Allah.
Tidaklah suatu bangsa meninggalkan jihad di jalan Allah Subahanhu wa Ta’ala , melainkan Allah Subahanhu wa Ta’ala akan mendatangkan kehinaan pada mereka. Tidaklah suatu bangsa banyak melakukan perbuatan faahisyah (keburukan), melainkan Allah akan menimpakan bala (siksa) pada mereka seluruhnya.
Taatilah aku, selama aku patuh kepada Allah Subahanhu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban taat atas kalian kepadaku. Bergegaslah menuju shalat kalian, semoga Allah merahmati kalian semua[3].
Ungkapan yang ringkas lagi padat ini menggambarkan garis-garis besar kebijakan pemerintahan yang akan beliau tempuh.
Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan beliau Radhiyallahu anhu.
(Diadaptasi dari kitab Abu Bakar ash-Shiddiiq Afhalush-Shahaabati wa Ahaqquhum bil-Khilaafah, Syaikh Muhammad bin ‘Abdur-Rahmân bin Muhammad bin Qâsim. Sebuah tulisan yang dirangkum dari kitab Minhâjus Sunnah karya Syaikhul-Islâm Ibnu Taimiyyah, Cet. I, Th. 1419 H).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Sumber: https://almanhaj.or.id/3763-khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq-radhiyallahu-anhu-seorang-orator-ulung.html




Pelestarian Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affankoleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.
Kematian
  • Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.
  • Karomah Abu Bakr As-Siddiq Fakhrur Razi, tatkala menafsirkan Surat AI¬Kahfi banyak menceritakan tentang karomah para sahabat Nabi termasuk di dalamnya karomah Abu Bakr As-Siddiq. Diceritakan bahwa saat mayat Abu Bakr dibawa dan mendekati pintu makam Rasulullah, para pengusung mengucapkan salam, “Assalammu’alaika ya Rasulullah, ini Abu Bakr sedang di luar pintu”. Tanpa diduga pintu makam langsung terbuka dan terdengar suara, “Masuklah orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya” Menurut Imam Taj Al-Subki, Abu Bakr memiliki 2 macam keramat. Pertama, mengetahui penyakit yang dialaminya membawa kematian dan mengetahui bayi yang ada didalam kandungan isterinya adalah bayi perempuan.
Sumber: https://islamislami.com/2015/10/18/kisah-lengkap-abu-bakar-ash-shiddiq-sang-khuslaur-rasyidin/


2. UMAR BIN KHATHTHAB

'Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari Bani Makhzum.[2] 'Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Pada zaman jahiliyah keluarga 'Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka.


Biografi Umar bin Khaththab
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad S.A.W, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi MuhammadS.A.W dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi MuhammadS.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah,sambil berdiri termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkata "Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad S.A.W, Nabi Muhammad S.A.W sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
— Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an[3] dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar sadar kesalahannya dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.

Menjadi khalifah

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam. Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat di tempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan di tempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab


Lima fakta berikut akan membuat  kita semakin takjub terhadap salah satu pemimpin Islam yang begitu fenomenal tersebut. Apa saja? Berikut ulasannya.

<1> Penduduk Surga yang berjalan di Muka Bumi
Umar merupakan salah satu sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW. Kesehariannya dihabiskan bersama Rasulullah SAW untuk berdakwah dan berjuang demi Islam. Dalam satu riwayat Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Umar bin Khattab merupakan penduduk surga yang berjalan di muka bumi.

Bagitulah Rasul memuliakan kedudukan Umar. Dalam sebuah riwayat dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kamu sedang berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Sewaktu tidur, aku bermimpi seolah-olah aku berada di Surga. Kemudian aku melihat seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, maka aku bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Milik umar’. Maka aku teringat akan kecemburuan Umar sehingga aku menjauhi istana itu”. Umar menangis dan berkata, “Demi Allah mana mungkin aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah”. (HR. Bukhari).


<2> Manusia yang Ditakuti Setan
Setan merupakan makhluk Allah SWT yang senantiasa menjerumuskan manusia kepada lembah nista. Namun jangan coba-coba melakukan hal tersebut kepada Umar bin Khattab. Karena ternyata Ia menjadi manusia yang begitu ditakuti setan. Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Rasulullah pernah bersabda, ”Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar”

Ada juga riwayat lain yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Allah mengatakan jika setan berpas-pasan dengan Umar, maka mereka lebih baik memilih jalan lain. Rasulullah bersabda :

“Wahai Ibnul Khattab, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan bertemu dengannmu di suatu jalan melainkan ia akan mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari, no.3480)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar.” (HR. Tirmidzi dalam al-Manaqib, hadits no. 3791) 


<3> Umar bin Khattab Membuat Islam Semakin Tangguh
Saat masih menjadi kaum kafir, Umar bin Khattab memang sudah terkenal di kalangan Umat Muslim sebagai musuh yang patut diperhitungkan. Itulah mengapa umat Islam putus asa untuk mengislamkan Umar. Mengingat Ia lah yang berada di garda terdepan untuk menyakiti umat muslim.

Namun ternyata, hidayah Allah dalam meluluhkan hati Umar begitu mudahnya. Hanya dengan   penggalan surat Thaha hati Umar luluh lantah dan ingin segera memeluk Islam. Ini juga berkat doa Rasulullah SAW kepada Allah atas Amirul Mukminin. Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Ya Allah, muliakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang engkau cintai yaitu Abu jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattabb.” Maka yang lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umar bin Khattab.(Lihat Shahih Sunan Ibnu Hibban 12/305)

Dan benar saja, Islam semakin kuat setelah Umar masuk agama Allah ini. Ia terkenal cakap dalam mengatur strategi perang sehingga pada zamannya, kekuasaan islam meluas dengan cepat. Umar berhasi menguasai  wilayah Samarkand hingga libya bagian barat, kemudian seluruh wilayah Syam dan terus terbentang hingga wilayah selatan.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, bahwa beliau bermimpi tentang kepemimpinan Umar.
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-.

Setelah itu datanglah Umar bin al-Khattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk onta-onta mereka.”

Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Kami menjadi lebih kuat setelah Umar bin Khattab memeluk Islam.”


<4> Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham
Umar bin Khattab diberi oleh Allah Ilmu Pengetahuan yang begitu luas dan tidak puas dengan apa yang sudah diketahuinya.  Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan  mampu memperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Kejeniusan Umar termasuk kategori kejeniusan langka, karena sifat-sifat yang ada pada dirinya banyak yang tidak kita temukan pada diri tokoh-tokoh lain.

Umar juga termasuk seorang yang mendapatkan ilham, perkataannya sering bersesuaian dengan wahyu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani Israil ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan Nabi, jika salah seorang dari umatku mendapatkannya, maka Umar lah orangnya ”. (HR. Bukhari)

<5> Pengaruh Pemikiran Umar Terhadap Perkembangan Hukum Islam
Umar bin Khattab memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tidak ada manusia yang mampu menandingi kejeniusan langka tersebut.  Terlebih pemahamannya terhadap isi Alquran dan hadist yang begitu dalam. Oleh karenanya menempatkan kedudukannya sebagai seorang faqih umat Islam nomor satu yang tak tertandingi.

Diriwayatkan dari Sa’id Ibnu al-Musayyab bahwa Abu Hurairah ra berkata, “ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW. tiba-tiba beliau berkata, “sewaktu tidur aku bermimpi meminum susu hingga aku melihat bekas-bekas susu tersebut melekat pada kuku-kukuku kemudian aku berika pada Umar. “mereka bertanya, “Apa takwilnya wahai Rasulullah?” maka Rasulullah mnjawab, “Ilmu”.

“Kalaulah saja ilmu Umar ditimbang dengan ilmunya penduduk bumi ini, pastilah akan terlihat ilmu Umar lebih berat.”

Kejeniusannya inilah yang membuatnya berperan besar dalam perkembangan hukum Islam. Ketika bersama Nabi Muhammad SAW beliau hanya menyampaikan Ide, maka pada masa pemerintahannya Umar leluasa membedakan mana hak dan yang bathil. Jika pada masanya orang berpikiran bahwa apa yang dilakukan Umar salah, maka hukum-hukum yang dijalankan Umar sangat relevan jika diterapkan dimasa depan.

Sumber: http://www.infoyunik.com/2016/01/lima-fakta-umar-bin-khatab-yang-bikin.html


3. UTSMAN BIN AFFAN

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)

Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga. Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan berprasangka baik di hati kita.

Nasab dan Sifat Fisikinya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Utsman bin Affan  adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.

  • Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

  • Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

  • Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).

Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.








Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Minggu, 13 Agustus 2017

Surat Nabi 1



SURAT NABI  KEPADA AL-MUNDZIR BIN SAWA


Nabi Muhammad SAW menulis surat kepada Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin Bahrain, berisi seruan agar dia masuk Islam. Beliau mengutus Al-Ala' bin Hadhami untuk menghantarnya. Setelah menerima dan membaca surat beliau, Al-Mundzir bin Sawa membalas surat Nabi sebagai berikut :


"Amma ba'd. Wahai Rosululloh SAW, saya sudah membaca surat tuan yang tertuju kepada rakyat Bahrain. Diantara mereka ada yang menyukai Islam dan kagum kepadanya lalu memeluk Islam dan diantara mereka ada pula yang tidak menyukai Islam. Sementara di negeriku ada orang-orang yang Majusi dan Yahudi. Maka tulislah lagi surat kepadaku yang bisa menjelaskan urusan tuan".

Maka Rosul menuliskan kembali surat kepada Al-Mundzir bin Sawa :

"Bismillahirrahmanirrahim".

Dari Muhammad Rosul Alloh kepada Al-Mundzir bin Sawa. Kesejahteraan bagi dirimu. Aku memuji bagimu kepada Alloh SWT yang tiada Illah selain-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya, amma ba'd. Aku mengingatkanmu terhadap Alloh Azza wa Jalla. Barang siapa yang memberi nasihat kepada dirinya sendiri, dan siapa yang mentaati utusan-utusanku dan mengikuti mereka, berarti dia telah mentaatiku. Barang siapa memberi nasihat kepada mereka, berarti dia telah memberi nasihat karena aku. Aku telah memberi syafat kepadamu tentang kaummu. Biarkanlah orang-orang muslim karena mereka telah masuk Islam, kumaafkan orang-orang yang telah berbuat kesalahan dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik, maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu. Siapa yang melindungi orang-orang Majusi atau Yahudi, maka dia harus membayar jizyah".



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 12 Agustus 2017

Biografi Rosululloh SAW



BIOGRAFI ROSULULLOH SAW (SIRAH NABI)

Sudahkah Anda membaca biografi Nabi Muhammad SAW? Dari Ubdaidullah bin Utbah, ia mengabarkan bahwa Abdullah bin Abbas RA menyediakan waktu khusus dalam harinya untuk mempelajari sirah Nabi". (Maghazi Rosululloh oleh Mushthafa al-A'zhama, Hal: 23)

Abdullah bin Abbas RA adalah sepupu sekaligus sahabat Rosululloh SAW yang hidup bersama Nabi SAW, namun beliau tetap mempelajari dan mengkaji kehidupan Nabi Muhammad SAW untuk beliau teladani. Bagaimana dengan kita?

Biografi Nabi atau yang sering disebut sirah nabi adalah bagian dari agama ini. Alloh Ta'ala berfirman :

"Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm: 3-4).

Alloh SWT juga berfirman :

"Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan." (QS. An Nahl: 44).

Penjelasan agama ini didapatkan melalui penjelasan secara lisan, amalan dan penetapan. Sirah Nabi adalah bentuk amalan. Karena merupakan praktik dari Rosululloh SAW terhadap Alquran. Karena itu, mempelajari sirah nabi adalah hal yang sangat penting. Ada beberapa alasan yang menjadi penting dalam membaca biografi nabi, yaitu :

Pertama :
Alloh Ta'ala memerintahkan kita untuk menyusun dan membukukan perjalanan hidup Nabi-Nya. Alloh Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al Ahzab: 21).

Tidak mungkin seseorang bisa menjadikan Nabi SAW sebagai teladan kecuali dengan mempelajari jalan hidup beliau. Dan seseorang tidak bisa mempelajari perjalanan hidup beliau kecuali ada pembukuan sunnah, bimbingan, perkataan, perbuatan dan taqrir beliau SAW.

Kedua :
Kita mempelajari perjalanan hidup Nabi, karena merupakan perjalanan tokoh terbesar dalam sejarah dunia. Perjalanan hidup manusia, anak keturunan Adam yang paling utama, sebagaimana sabda beliau :

"Aku adalah pimpinan anak adam pada hari kiamat". (HR. Muslim, 4: 1782).

Seiring sejarah kehidupan tokoh-tokoh besar dunia saja menarik perhatian kita. Lalu kita pun membacanya, memberi inspirasi dan semangat pada kehidupan kita. Lalu bagaimana dengan sejarah tokoh terbesar dalam peradaban manusia? Sudahkah kita membacanya? Sudahkah memberi semangat dan inspirasi dalam kehidupan kita?

Ketiga :
Mempelajari sirah Nabi merupakan jalan untuk memahami Alquran. Karena banyak ayat yang diturunkan berkaitan dengan suatu kejadian dalam perjalanan hidup Nabi SAW. Kemudian setelah ayat tersebut diturunkan, Rosululloh SAW mempraktikkan suatu amalan sebagai penjelasan dari ayat. Ini merupakan penjelasan secara amal atau praktik nyata bagi beliau Nabi Muhammad SAW.

Jadi, sirah Nabi menjelaskan ayat dari sisi sebab diturunkannya dan dari sisi bagaimana mengamalkan kandungan ayat tersebut.

Keempat :
Di antara prinsip agama yang paling mendasar adalah pengenalan seseorang terhadap Nabi Muhammad SAW. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang kedua setelah mengenal Alloh SWT. Mengenal Nabi Muhammad SAW meliputi 5 (lima) hal :
1) Mengenal Nasab beliau yang merupakan nasab yang mulia;
2) Mengetahui tahun dan tempat beliau dilahirkan serta tempat hijrahnya;
3) Mengetahui kehidupan kenabian yang berlangsung selama 23 tahun;
4) Dengan apa beliau diangkat menjadi nabi dan rosul;
5) Untuk apa dan mengapa beliau diutus.

Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa risalah tauhid, meng-esakan Alloh SWT, membawa syariat-Nya yang terdapat perintah dan larangan. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi umat manusia, kasih sayang bagi alam semesta. Mengeluarkan mereka dari kegelapan kesyirikan, kekufuran dan kebodohan (jahiliyah) menuju cahaya ilmu, hidayah dan tauhid. Kemudian seseorang mendapat maghfiroh (ampunan) dan ridho Alloh SWT.  Mereka selamat dari siksa kubur dan api neraka.

Kelima :
Sirah Nabi adalah ilmu yang luas cakupannya, bahkan bisa meliputi ilmu-ilmu syariat lainnya. Dari belajar sirah Nabi kita bisa mengetahui tentang : Aqidah, Hukum-hukum Fiqih, Akhlak dan Dakwah.

Riwayat

Kelahiran

Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Muhammad jatuh pada bulan Rabiul Awal.[16] Muhammad lahir di Mekkah, kota bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Mekkah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah.[17][18] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari kelahirannya. Penulis sirahSulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.
Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di Mekkah, meskipun tak terpandang karena kekayaannya.[19] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad masih dalam kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[20] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat fisik dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[21] Ia diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[22] Setelah itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[22][23] Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dan Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib.[22][24]

Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisymemiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.

Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".

Kerasulan

Informasi lebih lanjut: Eskatologi Islam

Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadan tahun 13 sebelum hijrah (6 Agustus 611), diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
— Al-Alaq 96: 1-5

Sudahkah Anda mempelajari Sirah Nabi?




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW
.f-nav{ z-index: 9999; position: fixed; left: 0; top: 0; width: 100%; padding:0 20px;} /* ini yang membuat menu menjadi melayang (fixed) */ .nav { background: rgba(26, 37, 82, 0.24); margin:0 0 20px 0; } .nav li { list-style-type:none; float:left; display:inline-block; padding:10px; }