Blog ini menulis tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, Kisah Khalifah dan Kisah Islami

Rabu, 09 Agustus 2017

Surat Nabi 3



SURAT NABI KEPADA AL-HARITS BIN ABU SYAMR AL-GHASSANI

Surat yang ditulis kepada Al-Harits bin Syamr Al-Ghassani, pemimpin Damaskus, yaitu :

"Bismillahir rahmanir rahim"

Dari Muhammad Rosul Alloh, kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani. Kesejahteraan bagi siapun mengikuti petunjuk, percaya dan membenarkannya. Aku menyeru tuan agar beriman kepada Alloh SWT semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, niscaya akan kekal kerajaan tuan".

Beliau menunjuk Syuja' bin Wabb dari bani Asad bin Khuzainah untuk mengantarkan surat itu. Setelah membacanya, dia berkata, "Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya". Dan dia tidak mau masuk Islam.




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Surat Nabi 4



SURAT NABI KEPADA RAJA OMAN

Rosululloh SAW menulis surat kepada Raja Oman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak Al-Julunda. Inilah surat beliau :

"Bismillahirrahmanirrahim".

Dari Muhammad bin Abdulloh, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda. Kesejahteraan bagi siapun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. Sesungguhnya aku menyeru tuan berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan selamat. Sesungguhnya adalah utusan Alloh kepada semua manusia, untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap orang-orang kafir. Jika tuan berkenan mengikrarkan Islam, maka kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku akan menginjakkan kaki di halaman tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan". 

Beliau menunjuk Amr bin al-Ash untuk meyampaikan surat ini. Amr menuturkan, "Aku pun berangkat hingga tiba di Oman. Aku ingin menemui Abd bin al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lebih lemah lembut dan lebih kooperatif". Aku berkata dihadapannya, "Aku adalah utusan Rosululloh SAW untuk menghadap tuan dan saudara tuan".

"Temuilah saudaraku terlebih dahulu, karena dia lebih tua dan lebih berkuasa daripada aku. Aku akan mencoba mengantarkan engkau hingga dia bisa membaca suratmu". Kemudian Abd mengajukan beberapa pertanyaan, "Apa yang hendak engkau serukan?"

Aku menjawab, "Aku menyeru kepada Alloh semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, hendaklah tuan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya."

"Wahai Amr, engkau adalah putra pemimpin kaummu. Lalu apa saja yang diperbuat ayahmu? Padahal kami sangat salut kepadanya."

"Dia meninggal dalam kedaan tidak beriman kepada Muhammad. Padahal aku ingin sekali dia masuk Islam dan membenarkannya. Dulu aku sejalan dan sepemikiran hingga Alloh SWT memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam."


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sifat Fisik Rosululloh SAW


Ciri fisik Muhammad

Beberapa hadist meriwayatkan beberapa ciri fisik yang diceritakan oleh para sahabat dan istrinya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muhammad berperawakan sedang, berkulit putih kemerahan, berjanggut tipis, dan digambarkan memiliki fisik yang sehat dan kuat oleh orang di sekitarnya. Riwayat lain menyebutkan Muhammad bermata hitam, tidak berkumis, berjanggut sedang, serta memiliki hidung bengkok yang sesuai dengan ciri antropologis bangsa Semit pada umumnya.

Nabi Muhammad SAW lain daripada yang lain, karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlaknya, yang tidak cukup digambarkan lewat kata-kata. Effeknya, semua hati muslim akan mengangungkan dan menyanjungnya. Orang-orang yang pernah hidup berdekatan dengan beliau pasti akan mencintainya, tidak peduli yang akan menimpa mereka. Berikut ini akan dipaparkan ringkasan riwayat yang menjelaskan keindahan dan kesempurnaan fisik Nabi Muhammad SAW.

Ummu Ma'bad Al-Khuzaiyah pernah berkata tentang diri Rosululloh. Dia menggambarkan beberapa sifat Rosululloh saat melewati perkemaahan suaminya dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah. Dia mengatakan bahwa Rosululloh sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya (badannya), tidak merasa berat karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, tidak banyak bicara, lehernya panjang, matanya indah, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam, jika diam beliau tampak berwibawa, jika berbicara terlihat menarik, beliau adalah orang yang paling menarik dan menawan dilihat dari kejauhan, jika berbicara tertata dan jelas, tidak banyak berbicara, seperlunya jika berbicara, badanya sedang-sedang saja, tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek, jika menatap begitu tajam, mempunyai penampilan yang menarik, jika beliau berbicara mereka meyimak dan memperhatikan pembicaraannya, jika beliau memberikan perintah kepada mereka, perintahnya langsung dilaksanakan, beliau merupakan orang yang dihormati, disegani dan tegas, yang tidak diremehkan orang lain.

Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib juga berkata bahwa Rosululloh SAW adalah orang yang berbadan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, rambutnya tidak kaku dan juga tidak keriting, rambutnya tebal, tidak gemuk dan juga tidak kurus, wajahnya oval, bola matanya sangat hitam, bulu dadanya begitu lembut, tidak ada bulu-bulu di badannya, telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan cepat sekali, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, diantara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang begitu lembut dan halus, dadanya yang bidang, jika berbicara jujur, paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perkataanya, pergaulannya mulia sekali dengan para kaum muslimin, disegani dan akan selalu mencintai beliau jika bersahabat dengannya. Dan Ali bin Abi Thalib berbicara lagi, "Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudah".

Dalam sebuah riwayat darinya disebutkan bahwa "kepalanya besar, tulang-tulang sendinya besar, bulu matanya panjang, jika berjalan seperti sedang berjalan dijalanan yang menurun (cepat)".

Jabir bin Samurah berkata, "Mulutnya besar, matanya lebar dan tidak banyak tumpukkan dagingnya."

Abu Thufail berkata, "Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan perawakannya sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi dan tidak pendek)."

Anas bin Malik berkata, "Kedua telapak tangannya lebar. "Dia juga berkata, "warna kulitnya indah, tidak putih pucat dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepalanya atau di jenggotnya hanya ada 20 helai uban."
Dia juga berkata, "Ada beberapa helai uban di pelipisnya." Dalam riwayat lain disebutkan, "Dikepalanya beberapa helai uban yang terpisah-pisah jaraknya."

Abu Hurairah berkata, "Tidak pernah kulihat sesuatu yang lebih indah daripada diri Rosululloh SAW. Seakan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah kulihat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada Rosululloh SAW. Seakan-akan tanah menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha mencurahkan kekuatan, tetapi seakan-akan beliau tidak peduli."

Ka'ab bin Malik berkata, "Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan."

Saat berada di dekat Aisyah ra, beliau berkeringat, hingga membuat raut wajahnya beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan Abu Kabir Al-Hudzali dalam syairnya.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Akhlak Rosululloh SAW



AKHLAK ROSULULLOH
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Fathu Makkah



FATHU MAKKAH - PEMBEBASAN MEKAH

Pembebasan Mekkah

Mekkah dibebaskan oleh pihak Muslim pada tahun 630. Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu Muslim. Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi Muhammad menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Dengan kekuatan 10.000 pasukan Muslim pergi ke Mekkah dimana pada akhirnya menyerah dengan damai. Muhammad bermurah hati kepada rakyat Mekah,dan memerintahkan penghancuran berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah saja.



Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_setelah_Pembebasan_Mekkah

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Kasih Sayang Rosululloh SAW



KASIH SAYANG ROSULULLOH MUHAMMAD SAW
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sejarah Perang Mu'tah


Pertempuran Mu'tah (Arabمعركة مؤتة , غزوة مؤتة‎) terjadi pada 629 M atau 5 Jumadil Awal 8 Hijriah[5]), dekat kampung yang bernama Mu'tah, di sebelah timur Sungai Yordan dan Al Karak, antara pasukan Khulafaur Rasyidin yang dikirim oleh NabiMuhammad dan tentara Kekaisaran Romawi Timur (Bashra).


Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Setelah Perjanjian Hudaibiyyah disepakati, Rasullulah mengirimkan surat-surat dakwah sekaligus berdiplomasi kepada para penguasa negeri yg berbatasan dengan jazirah arab, termasuk kepada Heraklius. Pada Tahun 7 hijriah atau 628 AD, Rasulullah menugaskan al-Harits bin ‘Umair untuk mengirimkan surat dakwah kepada Gubernur Syam (Irak) bernama Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yg baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi. Dalam Perjalanan, di daerah sekitar Mut'ah, al-Harits bin ‘Umair dicegat dan dibunuh oleh penguasa setempat bernama Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani pemimpin dari sukuGhassaniyah (Pada waktu itu yang berkuasa di wilayah Palestina dan sekitarnya).[7][8][9][10] Dan Pada tahun yg sama Utusan Rasulullah pada Banu Sulayman dan Dhat al Talh daerah di sekitar negeri Syam (Irak) juga dibunuh oleh penguasa sekitar.[11]Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibunuh dalam misinya.
Sedangkan menurut sumber-sumber Barat modern, pertempuran ini adalah upaya penaklukan yang gagal terhadap bangsa Arab di sebelah timur Sungai Jordan.[12]. Tentunya hal ini dikritisi sebab tidak mampu menjelaskan secara logis latar belakang pertempuran, antara pasukan muslim yg bahkan belum mempersatukan jazirah Arab dan belum menguasai Makkah yang berani menentang kekuasaan bangsa adidaya Romawi di daerah utara yang sangat jauh dari Madinah.

Pertempuran[sunting | sunting sumber]

Sebelum pasukan islam berangkat untuk menegakkan panji La ilaha Illallah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah menunjuk tiga orang sahabat sekaligus mengemban amanah komanda secara bergantian bila komandan sebelumnya gugur dalam tugas di medan peperangan hingga mengakibatkan tidak dapat meneruskan kepemimpinan. Sebuah keputusan yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Mereka itu adalah Ja'far bin Abi ThalibZaid bin Haritsah (berasal dari kaum muhajirin) dan seorang sahabat dari Anshar, Abdullah bin Rawahah, penyair Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.[13]
Singkatnya, pasukan islam yang berjumlah 3000 personel diberangkatkan. Ketika mereka sampai di daerah Ma’an, terdengar berita bahwa Heraklius mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa suku Arab pun telah siap dengan jumlah yang sama. Mendengar kabar yang demikian, sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum mengusulkan supaya meminta bantuan pasukan kepada Rasulullah atau dia memutuskan suatu perintah.
‘Abdullah bin Rawanah radhiyallahu ‘anhu lantas mengobarkan semangat juang para sahabat radhiyallahu ‘anhum pada waktu itu dengan perkataannya , “Demi Allah, sesungguhnya perkata yang kalian tidak sukai ini adalah perkata yang kamu keluar mencarinya, yaitu syahadah (gugur dimedan perang dijalan Allah Azza wa Jalla). Kita itu tidak berjuang karena karena jumlah pasukan atau kekuatan. Kita berjuang untuk agama ini yang Allah Azza wa Jalla telah memuliakan kita dengannya. Bergeraklah. Hanya ada salah satu dari dua kebaikan : kemenangan atau gugur (syahid) di medan perang.”
Orang-orang menanggapi dengan berkata, “ Demi Allah, Ibnu Rawanah berkata benar”.
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit. Komandan pertama ini menebasi anak panah-anak panah pasukan musuh sampai akhirnay tewas terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla.
Bendera pun beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Bendera dia pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus juga oleh tangan musuh. Dalam kondisi demikian, semangat dia tak mengenal surut, saat tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai dia gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidakkurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah.[14]
Giliran ‘Abdullah bin Rawanah radhiyallahu ‘anhu pun datang. Setelah menerjang musuh, ajal pun memjemput dia di medan peperangan.
Tsabit bin Arqam radhiyallahu ‘anhu mengambil bendera yang telah tak bertuan itu dan berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu. Dengan kecerdikan dan kecemerlangan siasat dan strategi – setelah taufik dari Allah Azza wa Jalla – kaum muslimin berhasil memukul Romawi hingga mengalami kerugian yang banyak.

Setelah pertempuran[sunting | sunting sumber]

Menyaksikan peperangan yang tidak seimbang antara kaum muslimin dengan kaum kuffar, yang merupakan pasukan aliansi antara kaum Nashara Romawi dan Nashara Arab, secara logis, kekalahan bakal di alami oleh para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata : “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak”.[15]
Allah Azza wa Jalla berfirman :
Para ulama sejarah tidak bersepakat pada satu kata mengenai jumlah syuhada Mu’tah. Namun, yang jelas jumlah mereka tidak banyak. Hanya berkisar pada angka belasan, menurut hitungan yang terbanyak. Padahal, peperangan Mu’tah sangat sengit. Ini dapat dibuktikan bahwa Khalid bin Walid rahimahullah menghabiskan 9 pucuk pedang dalam perang tersebut. Hanya satu pedang yang tersisa, hasil buatan Yaman.
Khalid rahimahullah berkata, “Telah patah Sembilan pedang ditanganku, tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman.[16]
Menurut Imam Ibnu Ishaq seorang Imam dalam ilmu sejarah Islam, syuhada perang Mu’tah hanya berjumlah 8 Sahabat saja. Secara terperinci yaitu Ja’far bin Abi Thalib, dan mantan budak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam Zaid bin Haritsah al-Kalbi, Mas’ud bin al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah al-‘Adawi, Wahb bin Sa’d bin Abi Sarh radhiyallahu ‘anhum.
Sementara dari kalangan kaum anshar, ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Abbad bin Qais al-Khozarjayyan, al-Harits bin an-Nu’man bin Isaf bin Nadhlah an-Najjari, Suraqah bin ‘Amr bin Athiyyah bin Khansa al-Mazini radhiyallahu ‘anhum.
Di sisi lain, Imam Ibnu Hisyam rahimahullah dengan berlandaskan keterangan az-Zuhri rahimahullah, menambahkan empat nama dalam deretan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang gugur di medan perang Mu’tah. Yakni, Abu Kulaib dan Jabir. Dua orang ini saudara sekandung. Ditambah ‘Amr bin ‘Amir putra Sa’d bin Tsa’labah bi Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum anshar. Dengan ini, jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.[17]


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW
.f-nav{ z-index: 9999; position: fixed; left: 0; top: 0; width: 100%; padding:0 20px;} /* ini yang membuat menu menjadi melayang (fixed) */ .nav { background: rgba(26, 37, 82, 0.24); margin:0 0 20px 0; } .nav li { list-style-type:none; float:left; display:inline-block; padding:10px; }