Blog ini menulis tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, Kisah Khalifah dan Kisah Islami
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Rosululloh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Rosululloh. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Agustus 2017

Sejarah Rosululloh SAW 1.



SEJARAH ROSULULLOH BAG. 1


Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim. Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Wikipedia
Pasangan: Maymunah binti al-Harits (m. 629 M–632 M)



KEHIDUPAN ARAB SEBELUM KELAHIRAN ROSULULLOH SAW

1. Kehidupan Agama
Pada awalnya, mayoritas Bangsa Arab mengikuti Nabi Ibrahim AS, yaitu ajaran tauhid untuk beribadah hanya kepada Alloh SWT.
Setelah berlalunya waktu yang panjang, mereka melalaikan hal tersebut, walaupun ada sisa-sisa peninggalan ajaran tauhid Nabi Ibrahim AS.
Hingga suatu saat di Mekkah tersebutlah seorang yang bernama Amr bin Luhay dari suku Khuza'ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya karena kedermawanan dan prilakunya yang baik. Suatu ketika, ia pergi ke Syam dan disana melihat masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah. Ia menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan baik. Sekembalinya dari Syam, Amr pun membawa berhala yang bernama Hubal dan meletakkannya di Ka'bah. Lalu dia mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan oleh penduduk Syam.
Karena pengaruh kedudukannya, tak lama penduduk Mekkah pun menjadi penyembahan berhala dan menjadi agama baru bagi mereka. Ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke wilayah Hijaz (Mekkah dan sekitarnya) hingga menyebar luas meliputi Jazirah Arabi. Bahkan, di sekitar Ka'bah ada ratusan berhala yang disemabah. Dari sanalah mulai lagi bermunculan berbagai bentuk kesyirikan, bid'ah dan khurafat di masyarakat Arab.

2. Kehidupan Sosial
Struktur kehidupan masyarakat Arab berkelas dan bersuku-suku. Adanya pemandangan yang sangat kontras antara kaum bangsawan dengan segala kemewahan dan kehormatannya dengan rakyat jelata dengan segala kekurangan dan kehinaan yang tak terperi.
Kehidupan antar suku pun penuh dengan persaingan yang sering mengakibatkan pertikaian dengan bumbu fanatisme kesukuan yang kental. Setiap anggota suku pasti membela orang yang satu suku dengannya, tak peduli perbuatannya benar atau salah, sehingga terkenal ucapan diantara mereka :
"Bantulah saudaramu, baik berbuat zalim atau dizalimi".

Perlakuan terhadap wanita juga tak kalah zalimnya. Laki-laki dapat melakukan poligami tanpa batas, bahkan dapat menikahi dua bersaudara sekaligus. Demikian pula mereka dapat menceraikannya sesuka mereka. Sementara itu perzinahan merupakan masalah biasa. Bahkan ada suami yang memerintahkan istrinya tidur dengan laki-laki lain semata-mata ingin mendapatkan keturunan mulia dari laki-laki tersebut. Kelahiran anak perempuan menjadi aib yang berat mereka tanggung, bahkan dikenal di sebagian mereka istilah Wa'dul banat (mengubur anak perempuan hidup-hidup).
Perjudian dan minuman keras juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di tengah masyarakat, bahkan menjadi sumber prestise tersendiri.
Kesimpulannya, kondisi sosial mereka sangatlah parah, sehingga kehidupan berlangsung tanpa aturan layaknya binatang.

3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat Arab adalah masyarakat pedagang. Sebagian kecil penduduk pinggiran negeri, hidup secara bertani dan memelihara hewan ternak. Mereka belum mengenal dunia perindustrian. Hasil-hasil produksi biasanya mereka dapatkan dari Yaman atau Syam (Syam pada masa sekarang meliputi Palestina, Lebanon, Yordan dan Suriah).
Kemiskinan cukup mewarnai kehidupan masyarakat, meskipun ada sejumlah pedagang besar dan bangsawan.

4. Akhlak Terpuji
Betapapun demikian, bangsa Arab masih memiliki beberapa akhlak yang sangat terpuji, walau kadang ditampilkan dengan cara yang salah. Diaantaranya adalah kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina, pemberani, lemah lembut, suka menolong dan sederhana.


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sejarah Rosululloh SAW 2.



SEJARAH ROSULULLOH BAG. 2


Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim. Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Wikipedia
Pasangan: Maymunah binti al-Harits (m. 629 M–632 M)


KELAHIRAN DAN MASA PERTUMBUHAN ROSULULLOH SAW

1. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
"Muhammad" (Arabمحمد بن عبد الله; Transliterasi: Muḥammad;[e] diucapkan [mʊħɑmmæd] ( simak))[f][g][h] secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu, dalam salah satu ayat Al-Qur'an,[13]Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua gelar dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Nabi Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[1] yang berarti "bapak Qasim", karena Nabi Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Lahir sekitar pada tahun 570 M di Mekkah, Nabi Muhammad melewati masa kecil sebagai yatim piatu. Nabi Muhammad dibesarkan di bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib kemudian pamannya Abu Thalib. Beranjak remaja, Nabi Muhammad bekerja sebagai pedagang. Nabi Muhammad kadang-kadang mengasingkan diri ke gua sebuah bukit hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa. Diriwayatkan dalam usia ke-40, Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah.[10] Tiga tahun setelah wahyu pertama, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terbuka,[11] menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar dan meninggalkan sesembahan selain Allah SWT. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya.[12] Praktik atau amalan Nabi Muhammad diriwayatkan dalam hadits, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam bersama Al-Quran.

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[14] Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Adnan secara umum diyakini adalah keturunan dari Ismail bin Ibrahim, yang selanjutnya adalah keturunan Sam bin Nuh.
Walaupun demikian, terdapat sejarawan yang menyusun silsilah yang lebih jauh lagi. Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani, di salah satu riwayatnya menyebutkan silsilah hingga Adam. Silsilah tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syitsbin Adam.[15]

Nabi Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Nabi Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Nabi Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah, Nabi Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Nabi Muhammad mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-hala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan wafat. Nabi Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.

Rosulululloh SAW dilahirkan pada hari Senin pagi tanggal 9 Robi'ul Awwal tahun Gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M. (Banyak pendapat ulama tentang kapan waktu Nabi Muhammad dilahirkan. pen.)

Beliau Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari suku Quraisy, yaitu suku yang paling terhormat dan terpandang di tengah masyarakat Arab. Dari suku Quraisy tersebut, beliau dari bani Hasyim, anak suku yang juga paling terhormat di tengah suku Quraisy. Rosululloh SAW lahir dalam keadaan yatim. Karena bapaknya, Abdulloh telah meninggal ketika ibunya, Aminah mengandungnya di usia dua bulan.

Setelah melahirkannya, sang ibu segera membawa bayi tersebut ke kakeknya, Abdul Muthalib. Betapa gembiranya sang kakek mendengar berita kelahiran cucunya. Lalu dibawanya bayi tersebut kedalam Ka'bah, dia berdoa kepada Alloh Ta'laa dan bersyukur kepada-Nya. Anak tersebut kemudian diberi nama Muhammad, nama yang belum dikenal masyarakat Arab saat itu. Lalu pada hari ketujuh setelah kelahirannya Rosululloh SAW di khitan (sunat).


2. Kehidupan Di Bani Sa'ad
Selain ibunya, Rosululloh SAW disusukan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Kemudian, sebagaimana adat kebiasaan masyarakat perkotaan waktu itu, Ibunya Aminah mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya, makanya terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu'aib dari suku Sa'ad bin Bakar, yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan Halimah as-Sa'diyah.

Sesungguhnya atas kehendak Alloh Ta'alaa jua lah, hingga Halimah as-Sa'diyah menyusui Rosululloh SAW ketika kecilnya. Sebab ketika pertama kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia merasa enggan menerimanya karena Rosululloh SAW anak yatim yang tidak bisa diharapkan imbalan materi yang layak baginya. Tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di perkampungan Bani Sa'ad. Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui telah Alloh SWT persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan membawa jalan terang bagi umatnya yang beriman, maka wajar, setelah itu kehidupan Halimah penuh dengan keberkahan. 

Demikianlah, 5 tahun pertama kehidupan rosululloh saw dia lalui di daerah perkampungan dengan kehidupan yang masih asri dan udara segar di lembah bani Sa'ad. Hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh bagi pertumbuhan rosululloh saw, baik secara fisik maupun kejiwaan (psikologisnya).


3. Peristiwa Pembelahan Dada
Pada saat Rosululloh SAW berusia 5 tahun dan saat beliau masih dalam perawatan Halimah as-Sa'diyah di perkampungan bani Sa'ad terjadilah peristiwa besar yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak.  Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr).

Suatu hari ketika Rosululloh SAW bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri dan menangkapnya. Lalu Rosul dibaringkan, kemudian dadanya dibelah, lalu hatinya diambil selanjutnya dikeluarkan dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata, "Inilah bagian setan yang ada padamu". Kemudian hati tersebut di cuci di bejana emas dengan air Zam-Zam, lalu dikembalikan kembali ke tempat semula, yaitu dada rosululloh saw. Sementara itu teman-teman sepermainannya melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah as-Sa'diyah seraya berkata, "Muhammad di bunuh, Muhammad di bunuh...". Maka mereka bergegas menghampiri tempat Rosululloh SAW semula, disana mereka mendapatkan rosululloh dalam keadaan pucat pasi.

Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan Muhammad kecil. Akhirnya tak lama setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan kepada ibunya, Aminah di kota Mekkah dan dengan berat hatinya.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sejarah Rosululloh SAW 3.




SEJARAH ROSULULLOH BAG. 3

Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim. Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Wikipedia
Pasangan: Maymunah binti al-Harits (m. 629 M–632 M)
1. Ditinggal Ibu Tercinta, Ibu Aminah
Setelah beberapa lama ditinggal bersama ibunya, Aminah pada usia 6 tahun, sang ibu tercinta mengajaknya berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka dari kota Mekkah, menempuh berjalan kaki sepanjang 500 km, ditemani oleh Ummu Aiman dan dibiayai oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.

Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya menderita sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ibu tercinta, Aminah meninggal dunia di perkampungan Abwa' yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah.


2. Dibawah Asuhan Sang Kakek, Abdul Muthalib
Sang kakek, Abdul Muthalib sangat kasihan terhadap cucu kesayangannya yang sudah menjadi yatim piatu diusianya yang masih muda, masih dini. Maka dibawanya sang cucu kerumah kakeknya, diasuh dan dirawat melebihi anak-anaknya. Pada saat itu Abdul Muthalib memiliki tempat duduk khusus di bawah Ka'bah, tidak ada seorang pun yang berani duduk diatasnya, sekalipun anak-anaknya. Mereka hanya berani duduk disisinya. Namun Rosululloh SAW yang saat itu masih anak-anak, justru bermain-main dan duduk diatasnya. Lalu kemudian saja paman-pamannya mengambil dan menariknya. Namun ketika sang kakek melihat hal tersebut, sang kakek melarang mereka seraya berkata, "Biarkan dia, demi Alloh, anak ini punya kedudukan sendiri".

Akhirnya Rosululloh SAW kembali duduk di majelisnya, diusapnya punggung cucunya tersebut dengan suka cita, dengan kegembiraan melihat apa yang mereka perbuat. Tapi, lagi-lagi kasih sayang sang kakek, Abdul Muthalib tak berlangsung lama dirasakan Muhammad kecil. Saat Rosululloh SAW berusia 8 tahun kakeknya meninggal dunia di Mekkah. Namun beliau sebelum wafat berpesan kepada cucunya, Muhammad kecil agar dirawat oleh paman dari pihak bapaknya, yaitu Abu Thalib.


3. Dipangkuan Pamannya, Abu Thalib
Kini Rosul berada dalam asuhan pamannya, Abu Thalib yang sangat mencintainya. Abu Thalib meratnya bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuliakan muhammad kecil. Begitu seterusnya Abu Thalib selalu disisi Rosululloh SAW merawatnya, melindungi dan membelanya, bahkan hinga beliau diangkat menjadi Rosul. Hal tersebut berlangsung tidak kurang selama 40 tahun.


4. Bersama Pendeta Buhaira
Pada saat Rosululloh SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushra yang waktu itu masuk wilayah negeri syam, mereka disambut oleh seorang pendeta bernama Buhaira. Semua rombongan turun memenuhi jamuan Buhaira kecuali Rosululloh SAW.

Pada pertemuan tersebut, Abu Thalib menceritakan perihal Rosululloh SAW dan sifat-sifatnya kepada pendeta Buhairah. Setelah mendengar ceritanya, sang pendeta langsung memberitahukan bahwa anak tersebut akan menjadi pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-ciri dari kitab-kitab dalam agamanya. Maka dia meminta Abu Thalib untuk tidak membawa anak tersebut ke negeri syam, karena khawatir disana ada orang-orang Yahudi akan mencelakakanya. Akhirnya Abu Thalib memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang kembali Rosululloh SAW ke Mekkah.


5. Perang Fijar
Pada usia 15 tahun, Rosululloh SAW ikut serta dalam perang fijar yang terjadi anatara suku Quraisy yang bersekutu dengan bani Kinnah melawan suku Qias Allan. Dan peperangan itu dimenagkan oleh suku Quraisy. Pada peperangan Fijar, Rosululloh SAW membantu paman-pamannya untuk menyiapkan alat panah.


6. Hilful Fudhul
Setelah perang fijar usai, diadakanlah perdamaian yang dikenal dengan istilah Hilful Fudhul, disepakati pada bulan Dzulqaidah yang termasuk bulan Haram (suci), di rumah Abdulloh bin Jud'an at-Taimi.

Semua kabilah dari suku Quraisy ikut dalam perjanjian tersebut. Diantara isinya adalah kesepakatan dan upaya untuk selalu membela siapa saja yang dizalimi dari penduduk Mekkah. Dan mereka akan menghukum orang yang berbuat zalim sampai dia mengembalikan hak-haknya.

Rosululloh SAW ikut serta menyaksikan perjanjian tersebut, bahkan setelah beliau menjadi Rosul, beliau masih mengingatnya dan memujinya, seraya berkata, " Saya telah menyaksikan perjanjian damai di rumah Abdulloh bin Jud'an yang lebih saya cinta dari unta merah[1]. Seandainya saya diundang lagi setelah masa Islam, niscaya saya akan memenuhinya".


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW
.f-nav{ z-index: 9999; position: fixed; left: 0; top: 0; width: 100%; padding:0 20px;} /* ini yang membuat menu menjadi melayang (fixed) */ .nav { background: rgba(26, 37, 82, 0.24); margin:0 0 20px 0; } .nav li { list-style-type:none; float:left; display:inline-block; padding:10px; }