KISAH KHALIFAH SETELAH WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW
Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar As-Shiddiq RA, sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah Khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau Nabi SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi muhammad selain sebagai nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.
Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.
1. Khilafah Rasyidah
Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:
- Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
- ‘Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
- ‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
- ‘Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan
- Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)
Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi muhammad untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.
2. Khilafah Bani Umayyah
Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
- Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
- Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
- Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)
- Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
- Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)
- Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
- Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
- ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
- Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)
- Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
- Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
- Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
- Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
- Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)
Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.
1. ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Abu Bakar termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam atau yang dikenal dengan as-sabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Wikipedia
Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang kemudian diubah oleh Nabi Muhammad menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya ‘yang berkata benar’) setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”.
Abu Bakar ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim, sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RADHIYALLAHU ANHU SEORANG ORATOR ULUNG
Ketokohan profil ini tidak diragukan lagi. Ia sangat meyakinkan. Reputasinya tak perlu dipertanyakan lagi. Banyak ayat Al-Qur`an yang membicarakan keutamaan beliau, baik secara pribadi maupun dalam konteks umum.
Allah Subahanhu wa Ta’ala berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka … [at-Taubah/9:100].
Begitu pula dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak yang menunjukkan tingginya kebaikan sahabat satu ini. Kemuliaanya banyak tercatat memenuhi kitab-kitab perbendaharaan hadits. Bagi yang mau merenunginya, sungguh kepahlawanan beliau akan mampu menyadarkan kaum Muslimin kemudian mengantarkannya untuk lebih mencintainya, sebagai insan yang mempunyai jasa besar terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Salah satu keunggulan beliau yang tidak dirasakan oleh sahabat lainnya, yaitu seluruh kerabat Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu semuanya beriman dan masuk dalam barisan kaum Mukminin. Sebagai contoh ayah beliau, yaitu ‘Utsmân Abu Quhâfah Radhiyallahu anhu masuk Islam. Sang ibu, Salma binti Shakhr bin ‘Âmir Radhiyallahu anhuma yang dikenal dengan Ummu Khair pun menerima seruan Islam. Kebaikan yang sangat luar biasa ini pun menyebar pada putra-putri Abu Bakar dan cucu-cucunya. Begitu pula dengan Muhammad bin ‘Abdur-Rahman bin Abu Bakr bin Abi Quhâfah, ia hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman. Empat generasi dari keluarga Abu Bakr ash-Shiddiiq ini menyaksikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan telah memeluk Islam, hingga masing-masing menggenggam keutamaan menjadi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Keadaan semacam ini tidak dijumpai pada zaman itu, kecuali hanya pada rumah Abu Bakar. Mereka ini adalah keluarga iman, sebagaimana juga ada rumah yang dipenuhi oleh nifak (kemunafikan).
Popularitas Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu yang lain, beliau terhitung kalangan khuthaba (singa podium). Beliau memiliki kefasihan dan ketinggian sastra, dengan kata-kata padat dan ringkas, yang memuat apa yang disampaikan, tanpa dipaksakan. Memang tidak sedikit dari kalangan sahabat yang terkenal dengan kecakapan olah kata. Seperti ‘Ali, ‘Umar, Tsâbit bin Syammâsy, Hassân bin Tsâbit, Ka’b bin Mâlik, dan lain-lain. Namun perbedaannya, Abu Bakar ash-Shiddiiq menyampaikan khutbah untuk mewakili Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau hadir maupun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhalangan. Sementara itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya terdiam dan menganggukkan saja apa yang disampaikan sahabat tercintanya itu. Apa yang disampaikan Abu Bakar Radhiyallahu anhu bak kata pembuka bagi apa yang akan dituturkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada setiap musim haji, Abu Bakar Radhiyallahu anhu berpidato mengajak orang-orang untuk mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Pada waktu kedatangan Rasulullah dan Abu Bakr ash-Shiddiiq di Madinah saat hijrah dari Mekkah, Abu Bakar lah yang memulai perbincangan dengan penduduk Madinah. Sampai sebagian orang yang belum mengenal mereka menyangka bahwa dialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Dalam berbagai kesempatan, Abu Bakr ash-Shiddiiq menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyambut tamu-tamu dari berbagai kabilah. Saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak di tempat, maka Abu Bakr ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu orang yang menghadapinya. Pasca wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dialah yang langsung berbicara dengan massa.[1]
Berikut ini, dua di antara pidato Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu yang banyak beliau sampaikan. Orasinya menunjukkan gambaran sikap, kelurusan dan keteguhan pendirian beliau Radhiyallahu anhu.
Kabar berita wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar menggemparkan. Seorang ‘Umar Radhiyallahu anhu pun sempat goyah demi mendengar kepergian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selama-lamanya. Kisahnya sebagaimana Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan:
Dari ‘Aisyah, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwasanya ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar sedang berada di daerah Sunh (‘Aliyah). ‘Umar berdiri seraya berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggal. Allah Subahanhu wa Ta’ala akan membangkitkannya, dan kemudian akan memotong-motong tangan dan kaki orang-orang.”
Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu datang. Maka beliau mengucapkan hamdalah dan pujian bagi Allah Subahanhu wa Ta’ala , kemudian berseru:
أَمَّا بَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ الهَْ فَإِنَّ الهَْ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ قَالَ الهُ’ تَعَالَى وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ إِلَى الشَّاكِرِينَ
“Amma ba’du. Barang siapa menyembah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sungguh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal. Dan barang siapa yang menyembah Allah, sungguh Allah Mahahidup, tidak mati,” kemudian beliau membacakan ayat 144 surat Ali ‘Imraan …
Untaian kata-kata Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu ini mampu menenangkan keadaan, sehingga kaum Muslim pun memahami musibah besar yang sedang menimpa mereka.
Contoh pidato Abu Bakar ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu selanjutnya, yaitu pasca pengukuhan dirinya sebagai Khalifatur-Rasul (pengganti Rasulullah). Beliau menyampaikan pidato pertamanya sebagai berikut:
َمَّابَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ فَاِنِّيْ قَدْ وُلَّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِيْنُوْنِيْ وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ. الصِّدْقُ أَمَانَةٌ وَالْكَذِبُ خِيَانَةٌ وَالضَّعِيْفُ مِنْكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِيْ حَتَّى أُزِيْحَ عِلَّتَهُ إِنْ شَاءَ اللهُ وَالْقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعَيْفٌ حَتَّى آخُذَ الْحَقَّ إِنْ شَاءَ اللهَ .
لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ اللهُ بِالذُّلِّ وَلاَ يُشِيْعُ قَوْمٌ قَطَّ الْفَاحِشَة َإِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ بِالْبَلاَءِ .
أَطِيْعُوْنِيْ مَا أَطَعْتُ اللهُ وَرَسُوْلَهُ فَإِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَلاَ طَاعََ لِيْ عَليَْكُمْ قُوْمُوْا إِلَى صَلاَتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ
Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian. Akan tetapi, aku bukanlah manusia terbaik[2]. Bila aku membuat kebijakan yang baik, maka sudilah kalian membantuku. Jika aku bersikap buruk, maka luruskanlah diriku.
Kejujuran itu amanah. Dusta adalah pengkhianatan. Orang tertindas di tengah kalian, ia adalah orang kuat di mataku, akan aku singkirkan keluhannya, insya Allah. Dan orang kuat (yang berbuat sewenang-wenang) di tengah kalian, ia merupakan pihak lemah, akan aku ambil hak orang lain darinya, insya Allah.
Tidaklah suatu bangsa meninggalkan jihad di jalan Allah Subahanhu wa Ta’ala , melainkan Allah Subahanhu wa Ta’ala akan mendatangkan kehinaan pada mereka. Tidaklah suatu bangsa banyak melakukan perbuatan faahisyah (keburukan), melainkan Allah akan menimpakan bala (siksa) pada mereka seluruhnya.
Taatilah aku, selama aku patuh kepada Allah Subahanhu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban taat atas kalian kepadaku. Bergegaslah menuju shalat kalian, semoga Allah merahmati kalian semua[3].
Ungkapan yang ringkas lagi padat ini menggambarkan garis-garis besar kebijakan pemerintahan yang akan beliau tempuh.
Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan beliau Radhiyallahu anhu.
(Diadaptasi dari kitab Abu Bakar ash-Shiddiiq Afhalush-Shahaabati wa Ahaqquhum bil-Khilaafah, Syaikh Muhammad bin ‘Abdur-Rahmân bin Muhammad bin Qâsim. Sebuah tulisan yang dirangkum dari kitab Minhâjus Sunnah karya Syaikhul-Islâm Ibnu Taimiyyah, Cet. I, Th. 1419 H).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Sumber: https://almanhaj.or.id/3763-khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq-radhiyallahu-anhu-seorang-orator-ulung.html
Pelestarian Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affankoleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.
Kematian
- Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.
- Karomah Abu Bakr As-Siddiq Fakhrur Razi, tatkala menafsirkan Surat AI¬Kahfi banyak menceritakan tentang karomah para sahabat Nabi termasuk di dalamnya karomah Abu Bakr As-Siddiq. Diceritakan bahwa saat mayat Abu Bakr dibawa dan mendekati pintu makam Rasulullah, para pengusung mengucapkan salam, “Assalammu’alaika ya Rasulullah, ini Abu Bakr sedang di luar pintu”. Tanpa diduga pintu makam langsung terbuka dan terdengar suara, “Masuklah orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya” Menurut Imam Taj Al-Subki, Abu Bakr memiliki 2 macam keramat. Pertama, mengetahui penyakit yang dialaminya membawa kematian dan mengetahui bayi yang ada didalam kandungan isterinya adalah bayi perempuan.
Sumber: https://islamislami.com/2015/10/18/kisah-lengkap-abu-bakar-ash-shiddiq-sang-khuslaur-rasyidin/
2. UMAR BIN KHATHTHAB
'
Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota
Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari Bani Makhzum.
[2] 'Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Nabi Muhammad yaitu
Al-Faruq
yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Pada zaman jahiliyah keluarga 'Umar tergolong dalam keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang langka.
Biografi Umar bin Khaththab
Sebelum memeluk
Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (
Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh
alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika
Nabi Muhammad 
menyebarkan
Islam secara terbuka di
Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum
Muslim
saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka
perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai
reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang
prajurit
yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga
dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan
kekuatannya untuk menyiksa pengikut
Nabi Muhammad 
.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran
Nabi Muhammad 
, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad

, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut
Nabi Muhammad 
bernama
Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad 
yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan
pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca
Al Qur'an
surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia
menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,
diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut,
beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu
saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi
Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang
dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut
Nabi Muhammad 
kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar
dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak
dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui
selalu membelanya.
Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama
Nabi Muhammad
dan pemeluk Islam lain
berhijrah (migrasi) (ke
Yatsrib (sekarang
Madinah) . Ia juga terlibat pada
perang Badar,
Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia dianggap sebagai seorang
yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain
reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia
dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad

dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu
menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa
para pengikutnya
Nabi Muhammad
.
Wafatnya Nabi Muhammad
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad

pada 8 Juni
632
M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) suasana sedih dan haru menyelimuti kota
Madinah,sambil berdiri termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang
yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun
memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia
terima, Umar berkata "Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap
bahwa Nabi Muhammad

.
telah wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan
Tuhannya, seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi
Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa
dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad
, Nabi Muhammad
sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
— Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk
Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa
Nabi Muhammad 
, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an
[3] dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad

yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar
sadar kesalahannya dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Menjadi khalifah
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu
penasihat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun
634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam. Selama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih
Mesir,
Palestina,
Syria,
Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (
Byzantium).
Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan
Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat
Damaskus pada tahun
636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan
Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan
Persia dalam jumlah yang lebih besar pada
pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat
sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni
Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap
Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan
kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk
salat di dalam
gereja
(Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat di tempat lain
agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar
didirikan di tempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi
untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi
Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di
Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi
hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi
gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup
sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya,
Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa
hijrah.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab
Lima fakta berikut akan membuat kita semakin takjub terhadap salah satu
pemimpin Islam yang begitu fenomenal tersebut. Apa saja? Berikut
ulasannya.
<1> Penduduk Surga yang berjalan di Muka Bumi
Umar merupakan salah satu sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah
SAW. Kesehariannya dihabiskan bersama Rasulullah SAW untuk berdakwah dan
berjuang demi Islam. Dalam satu riwayat Nabi Muhammad SAW mengatakan
bahwa Umar bin Khattab merupakan penduduk surga yang berjalan di muka
bumi.
Bagitulah Rasul memuliakan kedudukan Umar. Dalam sebuah riwayat dari
Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kamu sedang
berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
“Sewaktu tidur, aku bermimpi seolah-olah aku berada di Surga. Kemudian
aku melihat seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, maka aku
bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Milik umar’. Maka
aku teringat akan kecemburuan Umar sehingga aku menjauhi istana itu”.
Umar menangis dan berkata, “Demi Allah mana mungkin aku akan cemburu
kepadamu wahai Rasulullah”.
(HR. Bukhari).
<2> Manusia yang Ditakuti Setan
Setan merupakan makhluk Allah SWT yang senantiasa menjerumuskan manusia
kepada lembah nista. Namun jangan coba-coba melakukan hal tersebut
kepada Umar bin Khattab. Karena ternyata Ia menjadi manusia yang begitu
ditakuti setan. Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Rasulullah pernah
bersabda, ”Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar”
Ada juga riwayat lain yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam. Nabi Allah mengatakan jika setan berpas-pasan dengan Umar,
maka mereka lebih baik memilih jalan lain. Rasulullah bersabda :
“Wahai Ibnul Khattab, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
tidaklah setan bertemu dengannmu di suatu jalan melainkan ia akan
mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari, no.3480)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umatku yang
paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan
agama Allah adalah Umar.”
(HR. Tirmidzi dalam al-Manaqib, hadits no.
3791)
<3> Umar bin Khattab Membuat Islam Semakin Tangguh
Saat masih menjadi kaum kafir, Umar bin Khattab memang sudah terkenal di
kalangan Umat Muslim sebagai musuh yang patut diperhitungkan. Itulah
mengapa umat Islam putus asa untuk mengislamkan Umar. Mengingat Ia lah
yang berada di garda terdepan untuk menyakiti umat muslim.
Namun ternyata, hidayah Allah dalam meluluhkan hati Umar begitu
mudahnya. Hanya dengan penggalan surat Thaha hati Umar luluh lantah
dan ingin segera memeluk Islam. Ini juga berkat doa Rasulullah SAW
kepada Allah atas Amirul Mukminin. Suatu hari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Ya Allah, muliakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang engkau
cintai yaitu Abu jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattabb.” Maka yang
lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umar bin Khattab.
(Lihat Shahih
Sunan Ibnu Hibban 12/305)
Dan benar saja, Islam semakin kuat setelah Umar masuk agama Allah ini.
Ia terkenal cakap dalam mengatur strategi perang sehingga pada zamannya,
kekuasaan islam meluas dengan cepat. Umar berhasi menguasai wilayah
Samarkand hingga libya bagian barat, kemudian seluruh wilayah Syam dan
terus terbentang hingga wilayah selatan.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, bahwa beliau bermimpi tentang kepemimpinan Umar.
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang
ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur
tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba
tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-.
Setelah itu datanglah Umar bin al-Khattab mengambil air
sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari
(pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang
bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk
onta-onta mereka.”
Abdullah bin Mas’ud mengatakan,
“Kami menjadi lebih kuat setelah Umar bin Khattab memeluk Islam.”
<4> Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham
Umar bin Khattab diberi oleh Allah Ilmu Pengetahuan yang begitu luas dan
tidak puas dengan apa yang sudah diketahuinya. Ia memiliki kecerdasan
yang luar biasa dan mampu memperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada
masa yang akan datang. Kejeniusan Umar termasuk kategori kejeniusan
langka, karena sifat-sifat yang ada pada dirinya banyak yang tidak kita
temukan pada diri tokoh-tokoh lain.
Umar juga termasuk seorang yang mendapatkan ilham, perkataannya sering
bersesuaian dengan wahyu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
berkata,
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani Israil ada
yang diberikan ilham walaupun mereka bukan Nabi, jika salah seorang dari
umatku mendapatkannya, maka Umar lah orangnya ”.
(HR. Bukhari)
<5> Pengaruh Pemikiran Umar Terhadap Perkembangan Hukum Islam
Umar bin Khattab memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tidak ada
manusia yang mampu menandingi kejeniusan langka tersebut. Terlebih
pemahamannya terhadap isi Alquran dan hadist yang begitu dalam. Oleh
karenanya menempatkan kedudukannya sebagai seorang faqih umat Islam
nomor satu yang tak tertandingi.
Diriwayatkan dari
Sa’id Ibnu al-Musayyab bahwa
Abu Hurairah ra berkata,
“ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW. tiba-tiba beliau berkata,
“sewaktu tidur aku bermimpi meminum susu hingga aku melihat bekas-bekas
susu tersebut melekat pada kuku-kukuku kemudian aku berika pada Umar.
“mereka bertanya, “Apa takwilnya wahai Rasulullah?” maka Rasulullah
mnjawab, “Ilmu”.
“Kalaulah saja ilmu Umar ditimbang dengan ilmunya penduduk bumi ini, pastilah akan terlihat ilmu Umar lebih berat.”
Kejeniusannya inilah yang membuatnya berperan besar dalam perkembangan
hukum Islam. Ketika bersama Nabi Muhammad SAW beliau hanya menyampaikan
Ide, maka pada masa pemerintahannya Umar leluasa membedakan mana hak dan
yang bathil. Jika pada masanya orang berpikiran bahwa apa yang
dilakukan Umar salah, maka hukum-hukum yang dijalankan Umar sangat
relevan jika diterapkan dimasa depan.
Sumber: http://www.infoyunik.com/2016/01/lima-fakta-umar-bin-khatab-yang-bikin.html
3. UTSMAN BIN AFFAN
“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang
paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling
pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram
adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay
(bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin
Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang
terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR.
Ahmad dalam
Musnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga.
Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid
yang lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang
yang nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan
kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang
menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap beliau. Penulis akan memaparkan
keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar
hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita
dan berprasangka baik di hati kita.
Nasab dan Sifat Fisikinya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash
bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).
Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu
asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib,
bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki
kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya,
kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh
di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami
anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.
Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh
orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang
anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang
diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.
Utsman bin Affan adalah seorang yang rupawan, lembut,
mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang
persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk
mulutnya bagus.
Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan,
bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak
kaki yang lebar.”
Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal
dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat.
Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan
yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan
berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah
lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.
- Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun
tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda,
“Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.”
Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang
laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia
masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata
lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki
meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan
ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai
dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman
bin Affan.
- Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah
daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya,
ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di
satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata
Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di
sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya,
ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah
daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih
berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar,
Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain.
Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang
dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya
timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik
tersebut.
- Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha,
ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil
Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya.
Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari
kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang
disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan
memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika
orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau
lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi
ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan
Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan
berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman,
berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di
hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin
Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras
depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan
membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku
bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan
Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan
berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah
matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni
akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan
Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih
senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah
yang dituduhkan kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan
memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.