Blog ini menulis tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, Kisah Khalifah dan Kisah Islami

Sabtu, 12 Agustus 2017

Sejarah Rosululloh SAW 3.




SEJARAH ROSULULLOH BAG. 3

Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim. Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Wikipedia
Pasangan: Maymunah binti al-Harits (m. 629 M–632 M)
1. Ditinggal Ibu Tercinta, Ibu Aminah
Setelah beberapa lama ditinggal bersama ibunya, Aminah pada usia 6 tahun, sang ibu tercinta mengajaknya berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka dari kota Mekkah, menempuh berjalan kaki sepanjang 500 km, ditemani oleh Ummu Aiman dan dibiayai oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.

Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya menderita sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ibu tercinta, Aminah meninggal dunia di perkampungan Abwa' yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah.


2. Dibawah Asuhan Sang Kakek, Abdul Muthalib
Sang kakek, Abdul Muthalib sangat kasihan terhadap cucu kesayangannya yang sudah menjadi yatim piatu diusianya yang masih muda, masih dini. Maka dibawanya sang cucu kerumah kakeknya, diasuh dan dirawat melebihi anak-anaknya. Pada saat itu Abdul Muthalib memiliki tempat duduk khusus di bawah Ka'bah, tidak ada seorang pun yang berani duduk diatasnya, sekalipun anak-anaknya. Mereka hanya berani duduk disisinya. Namun Rosululloh SAW yang saat itu masih anak-anak, justru bermain-main dan duduk diatasnya. Lalu kemudian saja paman-pamannya mengambil dan menariknya. Namun ketika sang kakek melihat hal tersebut, sang kakek melarang mereka seraya berkata, "Biarkan dia, demi Alloh, anak ini punya kedudukan sendiri".

Akhirnya Rosululloh SAW kembali duduk di majelisnya, diusapnya punggung cucunya tersebut dengan suka cita, dengan kegembiraan melihat apa yang mereka perbuat. Tapi, lagi-lagi kasih sayang sang kakek, Abdul Muthalib tak berlangsung lama dirasakan Muhammad kecil. Saat Rosululloh SAW berusia 8 tahun kakeknya meninggal dunia di Mekkah. Namun beliau sebelum wafat berpesan kepada cucunya, Muhammad kecil agar dirawat oleh paman dari pihak bapaknya, yaitu Abu Thalib.


3. Dipangkuan Pamannya, Abu Thalib
Kini Rosul berada dalam asuhan pamannya, Abu Thalib yang sangat mencintainya. Abu Thalib meratnya bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuliakan muhammad kecil. Begitu seterusnya Abu Thalib selalu disisi Rosululloh SAW merawatnya, melindungi dan membelanya, bahkan hinga beliau diangkat menjadi Rosul. Hal tersebut berlangsung tidak kurang selama 40 tahun.


4. Bersama Pendeta Buhaira
Pada saat Rosululloh SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushra yang waktu itu masuk wilayah negeri syam, mereka disambut oleh seorang pendeta bernama Buhaira. Semua rombongan turun memenuhi jamuan Buhaira kecuali Rosululloh SAW.

Pada pertemuan tersebut, Abu Thalib menceritakan perihal Rosululloh SAW dan sifat-sifatnya kepada pendeta Buhairah. Setelah mendengar ceritanya, sang pendeta langsung memberitahukan bahwa anak tersebut akan menjadi pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-ciri dari kitab-kitab dalam agamanya. Maka dia meminta Abu Thalib untuk tidak membawa anak tersebut ke negeri syam, karena khawatir disana ada orang-orang Yahudi akan mencelakakanya. Akhirnya Abu Thalib memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang kembali Rosululloh SAW ke Mekkah.


5. Perang Fijar
Pada usia 15 tahun, Rosululloh SAW ikut serta dalam perang fijar yang terjadi anatara suku Quraisy yang bersekutu dengan bani Kinnah melawan suku Qias Allan. Dan peperangan itu dimenagkan oleh suku Quraisy. Pada peperangan Fijar, Rosululloh SAW membantu paman-pamannya untuk menyiapkan alat panah.


6. Hilful Fudhul
Setelah perang fijar usai, diadakanlah perdamaian yang dikenal dengan istilah Hilful Fudhul, disepakati pada bulan Dzulqaidah yang termasuk bulan Haram (suci), di rumah Abdulloh bin Jud'an at-Taimi.

Semua kabilah dari suku Quraisy ikut dalam perjanjian tersebut. Diantara isinya adalah kesepakatan dan upaya untuk selalu membela siapa saja yang dizalimi dari penduduk Mekkah. Dan mereka akan menghukum orang yang berbuat zalim sampai dia mengembalikan hak-haknya.

Rosululloh SAW ikut serta menyaksikan perjanjian tersebut, bahkan setelah beliau menjadi Rosul, beliau masih mengingatnya dan memujinya, seraya berkata, " Saya telah menyaksikan perjanjian damai di rumah Abdulloh bin Jud'an yang lebih saya cinta dari unta merah[1]. Seandainya saya diundang lagi setelah masa Islam, niscaya saya akan memenuhinya".


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Olahraga Nabi Muhammad SAW



OLAHRAGA NABI MUHAMMAD SAW DAN SAHABAT

Sudah menjadi tabiat manusia untuk menyukai hiburan. Rutinitas dan beban kehidupan menjadi faktor yang mendorong jiwa untuk mengupayakan relaksasi (rasa rileks). Karenanya, siapapun orang yang meneliti satu kelompok masyarakat, kapanpun dan dimanapun, akan menjumpai sarana hiburan dan olahraga sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Mari kita simak penuturan salah seorang dari mereka, "Bahwasannya Rosululloh SAW mengadu lari antara kuda-kudanya yang belum dikuruskan, jaraknya antara jalanan di lereng bukit hingga masjid Bani Zuraiq. Abdulloh bin Umar sendiri biasa beradu lari menggunakan kuda yang belum dikuruskan tersebut".

Generasi muda sahabatyang selalu rindu untuk ikut berjihad menyadari betul bahwa persiapan dan latihan adalah sebuah keniscayaan. Karenanya mereka mematuhi wasiat Nabi Muhammad SAW.

"Ketahuilah bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah). Ketahuilah, bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah)".

Kecenderungan mereka pada olahraga Nabi juga terlihat pada kisah Salamah ketika ia meriwayatkan perang Dzi Qird, "Ketika kami berjalan, ada seorang Anshor yang tidak bisa didahului kecepatannya dalam berjalan. Ia berkata, "Tidakkah ada orang yang beradu cepat sampai di Madinah denganku? Adakah orang yang bisa mendahukuiku? Ia terus mengulangi ucapannya. Mendengar itu, aku berkata, "Tidak adakah orang mulia dan terhormat yang kamu segani?" Ia menjawab, Tidak ada kecuali Rosululloh SAW." Aku berkata, "Wahai Rosululloh ayah-ibuku menjadi tebusannya, biarkan aku beradu cepat dengan orang ini. " Beliau bersabda, "Jika kamu mau, "Aku berkata, "Majulah". Aku tekut kakiku lalu melompat dan berlalri, Aku hemat nafasku, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua bukit, agar nantinya aku tidak kehabisan nafas. Kemudian aku berlari dibelakangnya dengan tetap menghemat nafas, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua bukit. Lalu aku percepat lariku, hingga hasil menyusulnya tepat di belakang tubuhku. Akhirnya aku berhasil mendahuluinya tiba di Madinah."

Bagi mereka, hiburan adalah sesuatu yang bisa menghantarkan kepada tujuan mulia. Mereka mengambil prinsip ini dari sabda Rosululloh SAW :

"Tidak boleh (mengambil harta dari) perlombaan, kecuali dalam (perlombaan) anak panah, binatang berkuku dan binatang bertapak kaki".

Manakala olahraga bagi mereka adalah sebuah sarana menuju tujuan mulia, maka mungkinkah olahraga tersebut menghalangi mereka dan menunaikan kewajiban atau menjalankan ketaatan? Ketika itu kembali mengarahkan pandangan pada masa sekarang dan sedikit membuka lembar kehidupan generasi mudanya, maka kita akan menemukan perbedaan mencolok antara olahraga di kalangan mereka dan di kalangan pendahulu mereka, generasi muda sahabat. Betapa kuatnya sepak bola mengikat hati pada penggilanya. Sepak bola merampas waktu-waktu berharga mereka dengan menontonnya, menyaksikan tayangan pertandingan, membaca koran sebelum dan sesudah pertandingan, berdebat dan mendiskusikannya, bergantilah emosi antara pendukung dan mencaci serta menumpahkan semangat untuk sesuatu yang tidak bersemangat. Apalagi, sholat-sholat wajib yang terabaikan serta munculnya prselisihan dan pertengkaran.

"MARI KITA GALAKKAN OLAHRAGA NABI, AKIDAH YANG KUAT, TUBUH PUN KUAT"


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Sejarah Pernikahan Rosululloh SAW



SILSILAH SEJARAH PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW

Selama hidupnya Nabi Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[25] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[26][27] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla binti Hakim menyarankan kepadanya untuk menikahi Saudah binti Zam'ah (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar). Atas perintah Allah, Muhammad menikahi keduanya. Kemudian Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[28]

Sebelum kita menelusuri sebagian kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW bersama istri-istrinya maka sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu siapakah para ummahatul mukminin tersebut. Bagaimanakah silsilah sejarah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan mereka, sehingga kita memiliki sedikit gambaran tentang kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW.

1. Khadidjah binti Khuwailid

Istri pertama Nabi Muhammad SAW adalah Khadidjah binti Khuwailid bin Asad dan umur beliau Nabi Muhammad SAW saat menikahi Khadidjah saat umur 25 tahun sedangkan Khadidjah empat puluh tahun. Khadidjah adalah istri Nabi SAW yang paling dekat nasabnya dengan Nabi Muhammad SAW. Semua anak-anak Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari rahim Khadidjah kecuali ibrohim. Khadidjah adalah seorang wanita kaya, cantik serta memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat, sehingga banyak orang Quraisy yang ingin menikahinya akan tetapi hatinya terpikat pada sosok seorang pemuda yang tidak memiliki harta namun memiliki budi pekerti yang luhur dan tinggi. Dialah Muhammad SAW. Khadidjah telah mengorbankan harta dan jiwanya untuk membela risalah kenabian. Ia lah wanita yang selalu menenangkan sang kekasih dikala dirundung duka dan gelisah. Ia menguntaikan mutiara-mutiara kata yang indah sebagai penyejuk di kala susah, penenang di kala bimbang dan membakar semangat di kala lesu dan kecewa. Kata-kata indahnya telah diriwayatkan dan dicatat oleh perawi dan penulis, sebagai ibrah (pelajaran) bagi para istri dan wanita yang hendak meneladani sang kekasih penghulu manusia. Khadidjah memiliki kekayaan 2/3 kekayaan dari seluruh di kota Mekkah. Khadidjah menggunakan hartanya hanya untuk perjuangan Islam. Pada saat menyusui putra-putrinya beliau sampai mengeluarkan darah. Khadidjah wafat tiga tahun sebelum hijriah. Pada hari wafatnya Khadidjah, Rosululloh SAW merasakan kesedihan yang sangat dalam hingga tahun wafatnya disebut dengan "Tahun kesedihan". Beliau mengatakan kalaupun Khadidjah wafat tulang belulangnya disedekahkan untuk jembatan ketika Nabi Muhammad SAW akan berdakwah. Ini bukti bahwa jangankan hidup, meninggalnya pun Khadidjah ingin terus berjuang dengan Rosul.


2. Kemudian beberapa hari setelah itu beliau menikahi Saudah binti Zam'ah Al-Qurosyiah, dia lah yang telah menghadiahi Nabi Muhammad SAW dirumahnya untuk Aisyah.

3. Setalah menikahi Saudah, beliau menikah dengan ummu Abdillah Aisyah ash-Siddiqoh binti ash-Siddiq yang telah dinyatakan kesucian oleh Alloh dari atas langit ketujuh, kekasih Rosululloh SAW, putri Abu Bakar ash-Siddiq, malaikat telah menampakan Aisyah terhadap wajahnya dengan selembar kain dari sutra lalu malaikat itu berkata, "Inilah istrimu (bukalah kain penutup wajahnya)". Rosululloh SAW menikahi Aisyah pada bulan syawal dan umur Aisyah kala itu adalah 6 tahun. Rosululloh SAW menikah Aisyah dan berumah tangga bersama Aisyah (menggaulinya) saat berusia 9 tahun pada bulan syawal pada tahun pertama hijriah. Beliau tidak menikahi seorang perawan pun selainnya. Tidak pernah ada wahyu yang turun ketika nabi berselimut bersama salah seorang di antara istrinya kecuali Aisyah. Ia merupakan wanita yang paling dicintai Nabi. Alloh SWT pun mencintainya dan membela serta menyucikan namanya dari fitnah.

4. Istri Nabi Muhammad SAW yang keempat adalah Hafshah binti Umar bin al-Khattab. Abu Dawud menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menceraikannya kemudian rujuk (kembali) lagi kepadanya.

5. Kemudian Nabi Muhammad SAW menikahi Zainab binti Khuzaimah bin al-Harits al-Qurosyiah dari bani Hilal bin Amir, dan beliau wafat disisi Rosululloh SAW setelah tinggal bersama selama dua bulan.

6. Kemudian Rosululloh SAW menikahi ummu Salamah Hind binti Abi Umayyah al-Qurosyiah al-Makhzumiah, nama Abu Umayyah adalah Hudzaifah bin Al-Mughiroh, ummu Salamah merupakan istri Nabi Muhammad SAW yang paling terakhir wafatnya menurut sebagian ulama, ada pula yang berpendapat Shafiah yang terakhir wafat diantara istri-istri Nabi Muhammad SAW yang lain.

7. Kemudian beliau menikahi Zainab binti Jahsy dari bani Asad bin Khuzaimah dan dia adalah anak Umayyah bibi Nabi Muhammad SAW. Alloh Ta'alaa telah menurunkan firman-Nya berkaitan dengan dirinya.

"Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia". (QS. Al Ahzab: 37).

Peristiwa Alloh SWT langsung yang menikahinya dengan Nabi Muhammad SAW menjadi kebanggaan tersendiri bagi Zainab binti Jahsy. Bagaimana tidak, Alloh telah menjadi wali nikahnya, tentunya wajar apabila ia berbangga.

8. Lalu Rosululloh SAW menikahi Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhiror al-Mustholiqiah. Awalnya ia merupakan seorang tawanan bani Musththoliq (Kabilah Yahudi) lalu ia pun datang menemui Nabi Muhammad SAW meminta agar Nabi Muhammad SAW membantu penebusnya. Nabi Muhammad SAW kemudian menebusnya dan menikahinya.


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Romantisme Rosululloh SAW



ROMANTISME ROSULULLOH BERSAMA ISTRI-ISTRINYA


Rosululloh SAW bersikap tawadhu (rendah hati) dihadapan istri-istrinya sampai-sampai Nabi Muhammad SAW membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangganya. Padahal sehari-harinya Nabi Muhammad SAW memilki kesibukan dan mobilitasnya yang sangat tinggi menunaikan kewajiban menyampaikan risalah Alloh Azza wa Jalla dan kesibukan mengatur kaum muslimin.

Aisyah RA, mengatakan, "Rosululloh SAW sibuk membantu istrinya dan jika tiba waktu sholat maka ia pun pergi menunaikannya".

Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam 2 bab didalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya. Urwah bertanya kepada Aisyah, "Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rosululloh SAW jika ia bersamamu di rumah?, Aisyah menjawab, "Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember." Dalam Syama'il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, "Dan memerah susu kambingnya..."

Ibnu Hajar menerangkan faidah hadis ini dengan mengatakan, "Hadis ini menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan meninggalkan kesombongan (keangkuhan) dan hendaklah seorang suami membantu istrinya."

Sebagian suami ada yang merasa rendah diri dan gengsi jika membantu istrinya mencuci, menyelesaikan urusan rumah tangganya. Kata mereka, tidak ada istilah lagi, nyuci baju sendiri, merapihkan rumah yang tidak bersih dan jahit baju sendiri. Seolah-olah mereka menjadikan istri seorang pembantu dan memang tugasnya melayani suami. Apalagi jika mereka adalah para suami berjas berpenampilan necis, rapih, pekerjaan seperti ini tentu tidak layak dan tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya. Berikut ini beberapa kisah yang menunjukkan tawadhu' nya Rosululloh SAW dihadapan istri-istrinya :

Dari Anas bin Malik ia berkisah, "Suatu saat Nabi Muhammad SAW di tempat salah seorang istrinya maka istrinya yang lain mengirim sepiring makanan. Maka istrinya yang sedang bersamanya ini memukul tangan 


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Rabu, 09 Agustus 2017

Surat Nabi 2



SURAT NABI KEPADA HAUDZAN BIN ALI AL-HANAFI

Rosululloh SAW menulis surat kepada Haudzan bin Ali Al-Hanafi, pemimpin Yamamah sebagai berikut :

"Bismillahir rahmanir rahim"

Dari Muhammad Rosul Alloh kepada Haudzan bin Ali Al-Hanafi . Kesejahteraan bagi siapun yang mengikuti petunjuk. Bahwa ketahuilah agamaku akan dipeluk orang yang kaya maupun orang yang miskin. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan akan kuserahkan apa yang ada di tengah tuan saat ini."

Kurir yang menyampaikan surat iniadalah Salith bin al-Amiri. Saat Salith sudah tiba di hadapannya, Haudzan menyambut kedatangannya dengan ramah tamah dan menyuruhnya masuk ke rumah. Kemudian Haudzan membaca surat beliau dan sesekali memberi komentar. Dia menulis balasan kepada Nabi Muhammad SAW berikut :

"Sungguh bagus dan baik apa yang tuan serukan. Sementara itu banyak orang-orang Arab yang takut terhadap kekuasaanku. Jika tuan mau memberikan sebagian urusan kepadaku tentu aku mau yang mengikuti tuan".

Haudzan memberikan hadiah yang melimpah dan memberikanya kain tenun yang bagus. Semua hadiah ini diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan mengabarkan apa yang didalamnya. Beliau membaca surat balasan dari Haudzan, lalu bersabda, "Jika mereka memintasepetak tanah kepadaku, maka aku tidak akan memberinya. Cukup, cukup apa yang dimilikinya  saat ini".

Namun setelah Rosululloh SAW kembali dari penaklukkan Mekkah, Jibril mengambarkan kepada beliau bahwa Haudzan sudah meninggal dunia. Untuk itu beliau bersabda, "Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang membual sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku".

Ada seseorang yang bertanya, "Wahai Rosululloh, siapakah yang dibunuhnya?" Beliau menjawab, "Kamu dan rekan-rekanmu." Dan memang begitulah yang terjadi.


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Surat Nabi 3



SURAT NABI KEPADA AL-HARITS BIN ABU SYAMR AL-GHASSANI

Surat yang ditulis kepada Al-Harits bin Syamr Al-Ghassani, pemimpin Damaskus, yaitu :

"Bismillahir rahmanir rahim"

Dari Muhammad Rosul Alloh, kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani. Kesejahteraan bagi siapun mengikuti petunjuk, percaya dan membenarkannya. Aku menyeru tuan agar beriman kepada Alloh SWT semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, niscaya akan kekal kerajaan tuan".

Beliau menunjuk Syuja' bin Wabb dari bani Asad bin Khuzainah untuk mengantarkan surat itu. Setelah membacanya, dia berkata, "Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya". Dan dia tidak mau masuk Islam.




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW

Surat Nabi 4



SURAT NABI KEPADA RAJA OMAN

Rosululloh SAW menulis surat kepada Raja Oman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak Al-Julunda. Inilah surat beliau :

"Bismillahirrahmanirrahim".

Dari Muhammad bin Abdulloh, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda. Kesejahteraan bagi siapun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. Sesungguhnya aku menyeru tuan berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan selamat. Sesungguhnya adalah utusan Alloh kepada semua manusia, untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap orang-orang kafir. Jika tuan berkenan mengikrarkan Islam, maka kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku akan menginjakkan kaki di halaman tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan". 

Beliau menunjuk Amr bin al-Ash untuk meyampaikan surat ini. Amr menuturkan, "Aku pun berangkat hingga tiba di Oman. Aku ingin menemui Abd bin al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lebih lemah lembut dan lebih kooperatif". Aku berkata dihadapannya, "Aku adalah utusan Rosululloh SAW untuk menghadap tuan dan saudara tuan".

"Temuilah saudaraku terlebih dahulu, karena dia lebih tua dan lebih berkuasa daripada aku. Aku akan mencoba mengantarkan engkau hingga dia bisa membaca suratmu". Kemudian Abd mengajukan beberapa pertanyaan, "Apa yang hendak engkau serukan?"

Aku menjawab, "Aku menyeru kepada Alloh semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, hendaklah tuan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya."

"Wahai Amr, engkau adalah putra pemimpin kaummu. Lalu apa saja yang diperbuat ayahmu? Padahal kami sangat salut kepadanya."

"Dia meninggal dalam kedaan tidak beriman kepada Muhammad. Padahal aku ingin sekali dia masuk Islam dan membenarkannya. Dulu aku sejalan dan sepemikiran hingga Alloh SWT memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam."


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kisah Nabi Muhammad SAW
.f-nav{ z-index: 9999; position: fixed; left: 0; top: 0; width: 100%; padding:0 20px;} /* ini yang membuat menu menjadi melayang (fixed) */ .nav { background: rgba(26, 37, 82, 0.24); margin:0 0 20px 0; } .nav li { list-style-type:none; float:left; display:inline-block; padding:10px; }